BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Kesenjangan
sosial merupakan sesuatu yang menjadi pekerjaan bagi pemerintah yang butuh
perhatian yang lebih. Kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat
sangatlah mencolok dan makin memprihatinkan yang perlu di bahas serta dicari
penyebab-penyebab terjadinya suatu kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang
muncul dalam masyarakat perlunya sebuah keberanian dalam pengungkapannya.
Sehingga kesenjangan sosial menjadi topik yang menarik serta bagus untuk
dipaparkan dalam pengambilan judul ini. Terjadi tindakan-tindakkan yang sangat
mencolok misalnya dalam kasus akhir-akhir tentang bagaimana seorang koruptor
besar yang mendapat fasilitas yang sangat baik dalam tahanan, sedangkan seorang
pencuri ayam di tahan dengan tidak layak. Disini sangatlah kelihatan perbedaannya
antara orang kaya atau penguasa dengan
orang miskin atau rakyat kecil.
B.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan
latarbelakang permasalahan di atas, maka
permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang menjadi factor penyebab adanya kesenjangan sosial di masyarakat?
2. Bagaimana
upaya pemerinthah dalam menghadapi kesenjangan sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kesenjangan Sosial
Kesenjangan
sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat
mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek
misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin
sangatlah dibedakan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut
terkena dampak dari hal ini, memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya
makin kaya, yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama
ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan
yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,
apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihatpun
mereka enggan.
Disaat
banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun
masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang , banyak orang
diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi
lebih banyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang
harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian
yang tidak layak mereka pakai, namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli
pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000
juta, dengan harga sebanyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan
orang-orang miskin yang kelaparan.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti ini, pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa, harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka, tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedikit dari mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing, uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri. Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya, banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusnya memebuat mereka jera.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti ini, pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa, harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka, tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedikit dari mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing, uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri. Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya, banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusnya memebuat mereka jera.
Kemiskian
memang bukan hanya menjadi masalah di negara Indonesia saja, bahkan negara
manapun masih sibuk menuntaskan masalah yang satu ini. Kemiskinan memang
selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”.
“ Dengan benturan sebuah opini maka akan munculah suatu kebenaran “. Dengan
kebenaran maka keadilan ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan
kesejateraan bukan lagi menjadi sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah
kenyataan.
Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1. Kemiskinan itu sendiri
2. Kelemahan fisik
3. Keterasingan atau kadar isolasi
4. Kerentaan
5. Ketidakberdayaan
2. Kelemahan fisik
3. Keterasingan atau kadar isolasi
4. Kerentaan
5. Ketidakberdayaan
Semua
unsur itu terkait satu sama lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang
benar – benar berbahaya dan mematikan, serta mempersulit rakyat miskin untuk
bangkit dari kemiskinannya.
Faktor – faktor internal dan
eksternal orang miskin pun semakin membuat kehidupan yang mereka jalani semakin
sulit. Adapun faktor internal orang miskin diantaranya : tingkat pendidikan
yang rendah, kebodohan, sikap apatis orang miskin terhadap segala kebijakan
pemerintah, dll. Dan inilah ( factor internal ) yang selama ini dijadikan salah
satu alasan pemerintah, mengapa kemiskinan sulit dituntaskan. Sebetulnya masih
ada faktor eksternal yang seharusnya pemerintah juga memperhatikan dan
mencermati, yang kami anggap juga tak kalah menyulitkan bagi orang miskin.
Adapun faktor eksternal diantaranya pembangunan yang selama ini tidak berpihak
kepada orang miskin, distribusi pendapatan negara yang tidak merata,
penggusuran dengan / tanpa kompensasi, kesenjangan sosial – ekonomi. Inilah
salah satu wujud kesenjangan sosial – ekonomi yang sudah sangat parah.
Kemiskinan
menjadi foktor terbesar kesengjangan sosial yang menjadi momok dalam kehidupan
masyarakat. Saat melihat berita pagi ini tentang kemewahan sebuah penjara para
pejabat dan koruptor-koruptor, serta orang-orang memiliki banyak uang, sungguh
membuat saya cukup terkejut. Bagaimana tidak? Penjara yang seharusnya menjadi
tempat hukuman bagi mereka yang bersalah, serta menjadi tempat untuk merenungi
kesalahannya, dijadikan tempat tinggal yang mewah, layaknya sebuah hotel
berbintang 5 atau bahkan sebuah apartemen mewah. Hal ini sungguh ironi. Disaat
rakyat negeri ini masih berjuang agar kemiskinan di negeri kita bisa lebih
menyusut, para lakon di atas malahan hidup bermewah-mewahan di dalam penjara.
Sebagai contoh, seorang pencuri ayam atau jemuran akan mendapatkan hukuman dari
masyarakat, yaitu dengan dipukuli beramai-ramai, sementara saat masuk penjara,
mereka juga mendapatkan siksaan dari para sipir penjara. Namun, seorang
koruptor yang mencuri miliaran rupiah uang negara, bisa hidup bermewah-mewahan
serta mendapatkan pelayanan khusus yang cukup istimewa dari pihak penjara
tersebut. Apalagi kalau bukan uang yang menjadi hal yang paling utama? Bagi
mereka, uang bisa membeli apapun. Bahkan bisa membeli hukum sekalipun. Namun,
bagi rakyat kecil yang tidak memiliki uang, mereka hanya bisa pasrah menerima
hukuman yang diterimanya.
Kesenjangan sosial seperti inilah yang selalu menjadi momok dan juga penyakit di negara kita ini.
Kesenjangan sosial seperti inilah yang selalu menjadi momok dan juga penyakit di negara kita ini.
B.
Fator-Faktor Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial yang terjadi di
Indonesia diakibatkan beberapa hal yaitu :
a. Kemiskinan
a. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya
kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun lebih cendrung
untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat
kondisi:
(1) Sistem ekonomi uang, buruh upah dan
sistem produksi untuk keuntungan
(2) tetap tingginya tingkat pengangguran
dan setengah pengangguran bagi
tenaga tak terampil
(3) rendahnya upah buruh
(4) tidak berhasilnya golongan berpenghasilan
rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela
maupun atas prakarsa pemerintah
(5) sistem keluarga bilateral lebih
menonjol daripada sistem unilateral, dan
(6) kuatnya seperangkat nilai-nilai pada
kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya
kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa
rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang
pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Budaya kemiskinan bukanlah hanya
merupakan adaptasi terhadap seperangkat syarat-syarat obyektif dari masyarakat
yang lebih luas, sekali budaya tersebut sudah tumbuh, ia cendrung melanggengkan
dirinya dari generasi ke generasi melaui pengaruhnya terhadap anak-anak. Budaya
kemiskinan cendrung berkembang bila sistem-sistem ekonomi dan sosial yang
berlapis-lapis rusak atau berganti, Budaya kemiskinan juga merupakan akibat
penjajahan yakni struktur ekonomi dan sosial pribumi didobrak, sedangkan status
golongan pribumi tetap dipertahankan rendah, juga dapat tumbuh dalam proses
penghapusan suku. Budaya kemiskinan cendrung dimiliki oleh masyarakat serta
sosial yang lebih rendah, masyarakat terasing, dan warga korban yang berasal
dari buruh tani yang tidak memiliki tanah.
Menurut Parker Seymour dan Robert J.
Kleiner (1983) formulasi kebudayaan kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua
orang yang terlibat dalam situasi tersebut memiliki aspirasi-aspirasi yang
rendah sebagai salah satu bentuk adaptasi yang realistis.
Beberapa ciri kebudayaan kemiskinan
adalah :
(1) fatalisme,
(2) rendahnya tingkat aspirasi,
(3) rendahnya kemauan mengejar sasaran,
(4) kurang melihat kemajuan pribadi ,
(5) perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
(6) Perasaan untuk selalu gagal,
(7) Perasaan menilai diri sendiri negatif,
(8) Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan
(9) Tingkat kompromis yang menyedihkan.
(2) rendahnya tingkat aspirasi,
(3) rendahnya kemauan mengejar sasaran,
(4) kurang melihat kemajuan pribadi ,
(5) perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
(6) Perasaan untuk selalu gagal,
(7) Perasaan menilai diri sendiri negatif,
(8) Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan
(9) Tingkat kompromis yang menyedihkan.
Berkaitan dengan budaya sebagai
fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang
sungguh-sungguh untuk mengubah
nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke arah yang sesuai dengan
nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan menggunakan metode-metode psikiater
kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa lebih dahulu (ataupun secara bersamaan)
berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan kenyataan struktur sosial
(pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola kebudayaan membatasi lingkup
partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya
kemiskinan bukannya berasal dari kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi
penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.
b. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangan perekonomian menjadi
fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia
menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan
bagi pemerintah saat ini.
C.
Pemecahan dan Solusi Kesenjangan
Sosial Di Indonesia
Indonesia
merupakan negara yang besar dan salah satu negara yang memiliki kepulauan yang
banyak serta letaknya berjauhan. Kesenjangan sosial sangatlah mungkin terjadi
di Indonesia karena banyak daerah-daerah terpencil yang terisolir dari
keramaian. Dan Indonesia adalah suatu negara yang tingkat korupsinya sangat
tinggi, di dunia Indonesia masuk dalam 5 besar negara terkorup. Sebenarnya
Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan menjadi negara yang mampu
menyejahterakan masyarakatnya. Kerana Indonesia memiliki sumber daya alam yang
sangat kaya dan melimpah tetapi kenapa masih terjadi kesenjangan sosial yang
sangat mencolok. Ini menjadi pertanyaan besar yang perlu adanya jawaban dan
titik terang. Dalam hal ini merupakan tugas bagi pemerintah sekarang,bagaimana
lebih menyejahterakan masyarakat serta meminimalis kesenjangan sosisal. Banyak
hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pemecahan kesenjangan sosial yang terjadidi masyarakat.
Upaya-upaya
yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah kesenjangan sosial yang
terjadi di Indonesia:
1. Meminimalis (KKN) dan memberantas
korupsi dalam upaya meningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah
membentuk suatu lembaga yang bertugas memberantas (KKN) di Indonesia. Indonesia
telah mulai berbenah diri namun dalam beberapa kasus soal korupsi KPK dinilai
masih tebang pilih dalam menindak masalah korupsi. Misalnya kasus tentang bank
century belum menemukan titik terang dan seolah-olah mengakiri kasus itu.
Pemerintah harus selalu berbenah diri karena dengan meminimaliskan (KKN) yang
terjadi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dana yang ada.
2. Meningkatkan system keadilan di
Indonesia serta melakukan pengawasan yang ketat terhadap mafia hukum. Masih
banyak mafia hukum merajarela di Indonesia itu yang semakin membuat kesenjangan
sosial di Indonesia makin mencolok.
Keadilan saat ini sangatlah sulit
untuk ditegagakkan bagaimana tidak! Seorang koruptor ditahan namun semua
fasilitas sudah tercukupi di dalam ruang tahanan. Sedangkan bagaimana dengan
nasib seorang masyarakat kecil yang hanya mencuri ayam misalnya, mereka
melakukan dengan seenak mereka kadang juga mereka menyiksa dengan tidak
prikemanusiaan. Hal ini sangatlah menunjukkan kesenjangan sosial di Indonesia yang
sangatlah mencolok antara pihak kaya atau pihak yang mempunyai penguasa antara
rakyat kecil atau orang miskin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas memberikan pandangan tentang kinerja pemerintah yang masih harus
terus ditingkatkan lagi, dan benar-benar memperhatikan kondisi kesenjangan di
lingkungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar setiap
rakyat Indonesia dapat memiliki penghidupan yang layak dan bertanggung jawab.
Sebagaimana dari fungsi negara itu sendiri yang harus menyejahterakan
masyarakat sesuai UUD yang telah mengaturnya. Supaya keadilan, kesejahteraan
bisa terwujud serta merata adalah tanggung jawab kita bersama maka mulailah
dengan diri kita sendiri dengan peduli terhadap sesama.
B.
Saran
Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca
lebih memahami apa factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan social
di masyarakat dan langkah apa saja yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah
dalam upaya pemecahan kesenjangan social di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
wartawarga.gunadarma.ac.id/.../kesenjangan-sosial-yang-mengakar/
- Tembolok (diakses tgl 01 pebruari 2012)
3.
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/ publikasi/ 1a%20MAKALAH%20AULIA-1.pdf,,,,,(
4-2-2012.17:25.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas komentarnya